Powered By Blogger

Kamis, 06 Mei 2010

bahaya pemanis, penawet dan zat kimia

EFEK SAMPING PEMANIS BUATAN,ZAT PENGAWET DAN ZAT KIMIA BUAT KESEHATAN
Dalam industri makanan & minuman dewasa ini, banyak produsen menambahkan bahan tambahan ke dalam produk mereka. Sebut saja pemanis, penambah aroma, pewarna, bahkan pengawet.
Mengapa? Beberapa alasan yang dikemukakan adalah sbb:

• Memperbaiki penampilan produk
• Kondisi bahan-bahan yang tidak stabil / tahan lama
• Menekan ongkos produksi
Kebanyakan para produsen menyebut bahan tambahan yang mereka gunakan itu aman. Namun, sebatas apakah keamanan itu? Bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan? Dan yang paling penting, apakah tubuh kita membutuhkannya?

PEMANIS BUATAN

Dalam industri makanan & minuman, dikenal beberapa macam pemanis buatan, seperti:
1. Sakarin
2. Siklamat
3. Aspartame
4. Sucralose

Pemanis buatan ini kebanyakan adalah bahan kimia, bukan dioleh dari gula tebu atau gula alami lainnya. Tingkat kemanisannya memang jauh lebih tinggi daripada gula biasa, namun rendah kalori sehingga biasanya disukai oleh mereka yang terkena diabetes atau memang ingin diet.

Walaupun pemanis buatan ini sudah mendapat ijin dari badan sertifikasi dunia seperti FDA, misalnya, namun berdasarkan penelitian beberapa badan independent ternyata dalam pemakaian jangka panjang, pemanis buatan ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Sayangnya, hasil-hasil penelitian tersebut sering belumdapat diterima sehingga menjadi hal yang controversial.
Misalnya Sakarin, oleh EPA(Environmental Protection Agency) Amerika dibuktikan dapat menyebabkan kanker kandung kemih pada tikus jantan, sehingga di Amerika setiap produk yang mengandung sakarin harus diberi label peringatan. Namun tidak demikian di New Zealand. Di Indonesia, beberapa produkpun ternyata masih menggunakan sakarin.

Pemanis yang sudah dilarang penggunaannya adalah Siklamat, karena terbukti dapat memicu terjadinya kanker otak pada penggunaan jangka panjang.

Bagaimana dengan Aspartam? Pemanis buatan ini juga menimbulkan kontroversi karena efek samping yang ditimbulkannya. Tingkat kemanisannya bisa 180-200 kali lebih manis dari gula biasa dan saat ini banyak digunakan sebagai gula diet. Contohnya Nutrasweet & Equal.
Berdasarkan penelitian, ternyata di dalam tubuh, Aspartam akan terurai menjadi komponen yang bisa membahayakan kesehatan, yaitu :
1. Fenil alanin
Fenil alanin sendiri sebenarnya termasuk asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh dan tidak akan menjadi masalah bagi mereka yang kondisi tubuhnya sehat tanpa gangguan. Namun bagi mereka yang tidak dapat mencerna fenil alanin itu secara normal, kelebihan fenil alanin itu malah dapat berakibat pada keterbelakangan mental. Karena itu, produk yang menggunakan Aspartam harus mencantumkan label peringatan mengenai bahaya ini.

2. Metanol
Metanol ini di dalam tubuh akan terurai menjadi formalin & asam semut. Kita sudah tahu formalin saat ini banyak digunakan sebagai pengawet, dan ternyata formalin dapat merusak retina mata sehingga mengganggu penglihatan.

Oleh FDA Amerika & juga BPOM Indonesia, telah ditetapkan batasan pemakaian Aspartam yaitu 50mg/kg BB.

Pemanis buatan yang juga digunakan adalah Sucralose, yang juga dikenal dengan merk dagang “Splenda” di Amerika dan dikatakan lebih aman daripada Aspartam karena dibuat dari gula tebu dan diproses secara kimia.
Walaupun telah disetujui pemakaiannya oleh FDA pada tahun 1998, dan juga dinyatakan aman untuk konsumsi manusia, ternyata sucralose tidak dibuat dari gula tebu, namun dari bahan kimia. Akibatnya tubuh kita tidak sepenuhnya dapat mencerna sucralose, dan akhirnya masih tersisa sekitar 15% dari sucralose yang kita konsumsi ada dalam tubuh kita. Berdasarkan penelitian, di dalam sucralose terkandung zat klorokarbon, sejenis pestisida seperti DDT, yang terbukti pada hewan uji dapat mengakibatkan pembengkakan pada hati & ginjal, pengapuran di ginjal dan memperkecil kelenjar timus ,yang berperan dalam system kekebalan tubuh.
Oleh FDA, pemakaian sucralose dibatasi hanya 0-15mg /kg BB.

Selain itu, pemanis buatan yang digemari oleh mereka yang ingin diet atau bagi mereka yang memiliki diabetes, ternyata malah dapat meningkatkan berat badan. Padahal, pemanis itu dikatakan rendah kalori, bahkan diantaranya dikatakan tidak mengandung kalori sama sekali. Beberapa ahli gizi dunia sebenarnya tidak menyarankan para penderita diabetes ataupun mereka yang ingin diet untuk tidak mengkonsumsi gula dan mengganti gula mereka dengan pemanis buatan, karena para ahli tersebut sudah mempelajari efek sampingnya. Mereka lebih menyarankan penggunaan gula pasir biasa, hanya saja takarannya dikurangi.

PENGAWET

Jenis pengawet yang banyak digunakan adalah jenis benzoate, yang dianggap sebagai pengawet paling aman dan dipakai hampir di seluruh negara.
Beberapa penelitian independent membuktikan bahwa benzoate dapat menyebabkan diare, terutama bagi mereka yang sensitive terhadap benzoate. Namun, sayangnya hasil penelitian ini ditolak oleh badan pemerintah, sehingga tetap saja para produsen menggunakan benzoate dalam produk mereka.

Jenis pengawet lainnya adalah asam sorbat dan bentuk garamnya seperti kalium sorbat, yang biasanya digunakan dalam produk-produk jelly ataupun jus. Sorbat biasanya ditambahkan untuk mencegah pertumbuhan jamur/kapang pada makanan atau minuman dan dianggap sebagai pengganti Benzoat. Hingga saat ini belum ada hasil penelitian mengenai efek samping dari pemakaian sorbet, sehingga kini sorbet dianggap sebagai bahan pengawet yang paling aman digunakan.

PEWARNA

Sebenarnya untuk pewarna makanan ataupun minuman, sudah ditetapkan jenis yang aman untuk dikonsumsi, atau yang dikenal sebagai “food grade”. Namun karena harganya relative mahal, maka para produsen cenderung menggunakan pewarna yang lebih murah,dan ternyata pewarna yang digunakan bukan untuk makanan/minuman.

Akhirnya, semuanya kembali kepada kita sebagai konsumen, bagaimana kita jeli dalam memilih makanan dan minuman yang sehat & aman bagi diri kita dan keluarga. Memang efek samping yang terjadi dari bahan tambahan ini tidak akan dirasakan secara langsung, namun ada baiknya jika kita berhati-hati dan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi konsumsi bahan tambahan tersebut. Lagipula, untuk apa mengkonsumsi sesuatu yang tidak berguna bagi tubuh? Sekali lagi, yang alami tentunya lebih baik dan lebih sehat. Telitilah sebelum membeli.©2006-2008, PT. Amerta Indah Otsuka

1 komentar:

  1. kalo percobaan dilakukan pada binatang, mungkin agag riskan, kasna struktur metabolisme binatang dan manusia berbeda, mungkin sebaiknya bila melakukan percobaan, lakukan pada binatang yang memiliki metabolisme tubuh atau mungkin sama persis, sehingga efek benar2 kelihatan. karna tikus itu suka makan berbagai macam. bagaimana klo tikus itu sudah terkontaminasi racun lain sebelum dijadikan bahan percobaan?

    BalasHapus